Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Adil Tidak Selalu Bijaksana

Oleh : Amin.W.S.Tuhulele

Ada sebuah kisah tentang Raja Solaiman Ia dihadapkan dengan sebuah permasalahan yg dibuat dua orang wanita. Seorang bayi sedang diperebutkan dua orang ibu. Mereka masing-masing mengaku sebagai ibu kandung dari bayi tersebut. Hakim-hakim seluruh negri sudah menyerah dan kehilangan pegangan dalam memberikan keputusan. Maklumlah, saat itu belum ada teknologi yang dimana, sering kita kenal dengan tes DNA...

Raja bersungu t-sungut, tapi tetap saja ia berpikir. Sejenak kemudian, tiba-tiba raja menghunus pedangnya dan berkata, "Kalau begitu, mari kita bikin keputusan yang adil! Aku akan membelah bayi ini menjadi dua bagian yang sama, sehingga kalian masing-masing akan memperoleh separuhnya!!"

Ibu gadungan berteriak kegirangan, "Hidup Raja Solomo yang adil…!!" Sedangkan ibu kandung bayi itu langsung memucat wajahnya, lalu ia buru-buru bersimpuh di kaki sang raja dan memohon dengan pilu. "Ampun Tuanku baginda Raja, hamba ikhlaskan putra hamba diserahkan kepada ibu itu seluruhnya. Janganlah Tuanku memainkan pedang..."

Raja Solomo terharu dan tiba-tiba saja tertawa, dan ia berkata "Aku sudah mendapatkan keputusan." Kedua ibu itu terbengong-bengong dan harap-harap cemas. "Aku tetapkan, kaulah wanita mulia, ibu kandung bayi ini!" Raja Solomo lalu menyerahkan sang bayi kepada ibu yang berlutut di hadapannya. Legalah sang ibu kandung itu...

Kisah inilah yang antara lain membuat Raja Solomo disebut sebagai raja yang bijaksana. Dari kisah itu pula kita bisa mengambil hikmah bahasa yang unik : makna kata adil  sangat berbeda dengan makna kata bijaksana (apabila tidak dapat dikatakan bertolak belakang).

Kita bisa menguji kedua kata itu dengan contoh kasus yang lain. Kita memiliki kain selebar 10 m dan ingin membaginya menjadi dua bagian. Dikatakan adil jika masing-masing pihak mendapatkan kain selebar 5 m. Hanya saja, jika kedua orang itu berbeda fisiknya (katakanlah orang yang satu bertubuh gemuk sehingga kain 5 m tadi kurang untuk membuat sebuah baju untuknya, sedangkan orang yang satunya lagi bertubuh kurus sehingga kain tadi bersisa percuma) apakah tindakan membagi dua sama besar itu ADIL..?

Jelaslah bahwa keputusan yang adil tidak selalu bijaksana. Dalam hal pembagian kain diatas, biarlah kita tidak berbuat adil asalkan bijaksana. Seyogyanya kain tadi dibagi menjadi dua bagian dengan lebar 6 m untuk si gemuk dan 4 m untuk si kurus. Dengan begitu keduanya bisa memperoleh baju tanpa ada yang kekurangan kain dan tanpa ada pula kain yang terbuang percuma.

Begitupun untuk semua pemimpin yang ada dinegeri ini... Bersikaplah bijaksana, tempatkanlah sesuatu hal pada tempatnya, dan berikanlah segala sesuatu menurut kebutuhannya, tidak kekurangan dan tidak pula berlebihan. Sehingga dapat kita interpretasikan KEADILAN yang BIJAKSANA.
 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar